Translate

Kamis, 18 Mei 2017

MEDIA PERTUMBUHAN MIKROBA

Makanan Untuk Mikroba
Hasil gambar untuk media Nutrien
Sama halnya manusia, mikroorganisme juga membutuhkan makanan. Mikroorganisme membutuhkan makanan yang mengandung penyubur, vitamin, mineral, dan zat hara. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, sumber energi, sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, hidrogen serta unsur-unsur lainnya.

Tahu nggak sih, mikroorganisme itu makannya apa ?
Terutama ketika harus di ditumbuhkan, apa yang cocok untuk mikroorganisme ?
Perlu kita ketahui bahwa salah satu makanan untuk mikroorganisme yaitu media / medium. Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Media sebagai substrat dimana mikroba dapat tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat digunakan juga untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah mikroba. Media yang digunakan dalam pertumbuhan mikroba itu ada banyak dan sangat bervariasi yang dapat disesuaikan berdasarkan komposisi, fungsi, dan wujudnya.

apa saja jenis media berdasarkan komposisinya ?
berdasarkan komposisinya media terbagi 2, yaitu media sintetik dan media semi sintetik.Media sintetik terbuat dari 100 % bahan buatan dan diketahui komposisi maupun takarannya, sedangkan media semi sintetik terbuat dari bahan buatan dan bahan alami yang diketahui komposisinya tetatpi tidak diketahui takarannya                                                          .
Contoh Media Sintetik:
Media PCA merupakan media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan semua jenis mikroorganisme seperti fungi, bakteri, alga, kapang, virus, dan protozoa. Contohnya yaitu,  Escherichia coli (E. coli), Salmonella sp, Staphylococcus aureus (S. aureus). Adapun Komposisi media PCA yaitu, trypton 0,5%, ekstrak ragi 0,25 %, glukosa 0,1 %, agar-agar 1,5 %.
2.     Media PDA
Hasil gambar untuk media potato dextrose agar
http://out-grow.com/
culture-media-isolation-tools-c-10/potato-dextrose-agar-pda-p-327.html
Media  Potato Dextrosa Agar (PDA) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan kapang, bisa juga untuk khamir namun untuk pertumbuhannya tidak optimalContoh mikroba  Aspergillus sp, Mucor sp. Komposisi media PDA yaitu, kentang 200 gram, dektrosa 10 gram, bubuk kentang juga dextrose yang  merupakan sumber makanan untuk jamur dan kapang. Dextrose atau gugusan gula baik itu monosakarida maupun polisakarida nerupakan penambah nutrisi bagi biakan.
3.     Media NA
Hasil gambar untuk media nutrient agar
https://www.tokopedia.com/toko-alat-lab/
media-mikrobiologi-nutrient-agar
Media NA (Nutrient Agar) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Media NA mengandung senyawa yang larut dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen organik dan juga garam yang dibutuhkan oleh bakteri. Adapun bakteri yang dapat ditumbuhkan adalah Escherichia coli (E. coli), Komposisi media Na terdiri dari Beef extract 3 gram, peptone 5 gram, agar 15 gram, aquades 1000 ml.

Contoh Media Semi Sintetik:
1.Media Kentang Agar
Media semi sintetik yang dibuat yaitu kentang agar. Media semi sintetik kentang digunakan untuk menumbuhkan jamur. Contoh mikroba yang dapat tumbuh adalah P.camberti. Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi. Bagian kentang yang digunakan adalah sari patinya karena selain mengandung mineral juga mengandung pati (amilum) yang merupakan bentuk dari polisakarida sebagai tambahan makanan biakan. Organisme menyerap karbohidrat dari kentang dan gula serta agar yang telah bercampur.
2.     Media Tauge Agar
Media Tauge Agar merupakan media semi sintetik yang berfungsi untuk menumbuhkan mikroorganisme khamir dan kapang yang tersusun atas bahan alami (tauge) dan bahan sintetik (sukrosa dan agar). Tauge dapat menumbuhkan kapang dan khamir karena mengandung  vitamin, nitrogen organik, dan senyawa karbon. Komposisi tauge agar, yaitu Tauge 100 gram, sukrosa 60 gram, agar 15 gram, akuades sebanyak 1 L. Contoh mikroba yaitu, Rhodotorula sp., Candida famata, C. lipolytica.

apa saja jenis media yang berdasarkan fungsinya ?
berdasarkan fungsinya media terdiri dari beberapa jenis, yaitu media pengaya, media khusus, media penguji, media selektif, dan media differensial.

apa saja jenis media yang berdasarkan wujudnya ?
berdasarkan wujudnya media terdiri atas media padat, media cari, dan media semi padat.




Rabu, 17 Mei 2017

INOKULASI

"Budidaya Bakteri Baik"

Hasil gambar untuk yakult
https://en.brilio.net/news/17-fun-facts-about-yakult-
that-you-might-not-know-1606064.html
tahu nggak sih... di dalam tubuh kita terdapat banyak bakteri. Jumlahnya bisa mencapai ratusan, bahkan milyaran !!! dengar kata bakteri, pasti dalam pikiran kita adalah berbahaya, eiits... jangan negatif dulu. Bakteri juga ada yang baik loh dan tidak semunya merugikan kesehatan. Berikut pembahasan mengenai bakteri baik yang dianjurkan untuk dikonsumsi dan baik untuk kesehatan. Bakteri baik itu dikenal dengan nama Lactobacillus casei yang terdapat pada minuman Yakult yang sangat aman untuk ditumbuhkan apalagi dikonsumsi.


Mau tahu banyak tentang L. casei ?
Apakah L. casei itu?
Hasil gambar untuk lactobacillus casei
https://www.flickr.com/photos/ajc1/8344600413
L. casei atau Lactobacillus casei  adalah salah satu jenis bakteri asam laktat. Sesuai morfologinya, L. casei berbentuk batang pendek dalam koloni tunggal maupun berantai. Bakteri ini bersifat gram positif yang ditandai dengan warna ungu. Bakteri L. casei tidak menghasilkan spora karena permukaan dari bakteri tampak  licin. Bakteri L. casei tidak mempunyai flagela dan tumbuh dengan baik pada kondisi dengan oksigen atau tanpa oksigen yang dikenal dengan istilah anaerob fakultatif dalam ilmu mikrobiologi.  

tahu nggak sih....?
Lactobacillus casei  merupakan bakteri yang bisa memecah protein, karbohidrat, lemak dalam makanan, menolong penyerapan elemen penting dan nutrisi seperti asama amino, dan vitamin yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk bertahan hidup
Makanya :
Lactobacillus casei mampu menghambat pertumbuhan bakter-bakteri patogen penyebab infeksi saluran pencernaan seperti E. coli dan Salmonella sp karena dapat menhasilkan H2O2 dan bakteorisin  .

Bagaimana Cara Budidaya L. casei ?

gambar Sel Lactobacillus casei


Di dalam laboratorium mikrobiologi, L. casei  dapat dikembangbiakkan dengan cara inokulasi.      Penanaman mikroba atau biasa disebut juga inokulasi adalah proses pemindahan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru. Nah, pada proses inokulasi ini dilakukan untuk mendapatkan biakan murni bakteri L. casei. Penanaman bakteri ini tidaklah mudah, butuh ketelitian dan tingkat sterilisasi yang tinggi agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat menyebabkan kegagalan dalam menumbuhkan bakteri L. casei.

Apa Yang dibutuhkan dalam Inokulasi 
L. casei ?
Inokulasi L. casei tentunya membutuhkan alat-alat yang menunjang, seperti luminary  air flow, bunsen, bulb, tabung reaksi, pipet volum,  rak tabung, vorteks, hockey stick, timbangan digital, blender, erlenmeyer, batang pengaduk, saringan, microwave, dan inkubator. Adapun  bahan-bahan yang diperlukan dalam praktiku inokulasi L. casei, yaitu yakult, media kentang, aquades, larutan fisiologis, kertas label, aluminium foil, alkohol 70 %, tissue, kapas, media  YEA, media PCA,  media NA,dan tauge agar.

Apa yang harus dilakukan dalam Inokulasi L. casei ?
Pada penanaman L. casei  terlebih dahulu dilakukan pengenceran dengan larutan fisiologis. Pengenceran ini dilakukan beberapa kali agar didapatkan biakan yang tidak terlalu padat. Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan.

Penentuan banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan larutan fisiologi pada pengenceran pertama dan pengenceran selanjutnya, maka pengenceran berikutnya akan mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya
Terdapat dua metode yang digunakan dalam inokulasi L. casei yaitu metode tuang (Pour Plate) dan metode sebar / permukaan (Surface / Spread Plate). Pada metode sebar suspensi dituang ke media padat dan diratakan dengan hockey stick, sedangkan pada metode tuang suspensi dituang ke media padat dan didinginkan, kemudian ditambahkan lagi media, lalu diinkubasi.




PEWARNAAN GRAM

IDENTIFIKASI MIKROBA METODE PEWARNAAN GRAM

Mengapa Mikroba Perlu Diidentifikasi ?
      Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran beberapa mikron atau lebih kecil lagi. Bakteri, kapang, khamir, hewan bersel satu protozoa, dan virus tergolong dalam mikroorganisme karena ukurannya yang kecil dengan jumlah yang paling banyak. Hal ini disebabkan kemampuannya yang sangat cepat untuk berkembang biak. Mikroorganisme dapat diamati secara langsung dan tidak langsung dengan mikroskop.
      Bakteri dapat diperoleh dari mana saja, misalnya dari rongga mulut, sela-sela gigi, dari tanah yang banyak sampahnya, dan dari sisa-sisa makanan yang sudah basi. Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan melengkung. Bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang disebabkan faktor makanan, suhu dan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi bakteri.  (Sumarsih, 2003).
      Identifikasi mikroba dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri dengan mengamati bakteri secara langsung atau di dalam kondisi hidup ataupun dalam keadaan mati serta mengamati bentuk atau ciri-ciri suatu mikroba menggunakan mikroskop.  Identifikasi mikroba terhadap morfologinya ini perlu untuk mengenal nama bakteri. Selain itu, identifikasi mikroba metode pewarnaan Gram diperlukan untuk pengenalan sifat-sifat fisiologi bakteri sebagai faktor penentu dalam mengenal nama spesies suatu bakteri (Dwijoseputro, 2005).
      Terdapat 2 cara untuk mengamati bakteri dengan mikroskop, yaitu mengamati sel mikroba yang masih hidup tanpa diwarnai dan mengamati sel mikroba yang telah mati dengan diwarnai. Bakteri lebih mudah dilihat ketika diwarnai dengan zat warna. Zat warna yang digunakan untuk melihat bakteri juga dapat digunakan untuk mengamati struktur bagian dalam sel bakteri. Adanya pewarnaan pada bakteri yang mempunyai sel sangat kecil akan lebih mudah terlihat dibawah mikroskop dengan menggunakan lensa objektif yang mempunyai tingkat pembesaran yang relatif tinggi.
      Salah satu metode identifikasi mikroba adalah metode pewarnaan Gram. Bakteri yang diwarnai dengan pewarnaan Gram terbagi dua golongan, yaitu Gram positif, bila warna zat pewarna pertama (kristal violet) tetap bertahan dengan demikian warna bakteri tampak ungu tua, sedangkan pada Gram negatif, yaitu apabila warna zat warna pertama tida bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna tandingannya, misalnya safranin, air fuchin, dan zat pewarna tandingan lainnya(Razali, 1987).

Apa saja yang dibutuhkan dalam identifikasi mikroba ?
      Alat-alat yang digunakan dalam percobaan identifikasi mikroba metode pewarnaan Gram, yaitu tabung reaksi, pipet tabung, kaca preparat, kaca objektif, gegep kayu, bunsen, tabung mini, mikroskop cahaya, erlenmeyer, pinset.
      Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan identifikasi mikroba metode pewarnaan Gram, yaitu kultur mikroba Lactobacillus casei, safranin, kristal violet, iodin, alkohol, aquades, tissue.

Bagaimana cara identifikasi mikroba ?
      Alat-alat dan bahan di persiapkan. Sterilisasi secara kimiawi dilakukan pada alat dan meja kerja. Kaca preparat difiksasi, kemudian koloni mikroba digoreskan di atas kaca preparat menggunakan jarum ose. Setelah itu, difiksasi dan ditambahkan 3 tetes kristal violet dan diamkan selama ± 30 detik, kemudian bilas dengan aquades lalu difiksasi. Selanjutnya ditambahkan 3 tetes iodin dan diamkan selama ± 30 detik, kemudian dibilas dengan aquades. Selanjutnya ditetesi alkohol, lalu dibilas lagi dengan aquades dan difiksasi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes safranin, kemudian dibilas dengan aquades, setelah itu difiksasi kembali. Selanjutnya diamati menggunakan mikroskop cahaya.



Gambar Pengamatan Pewarnaan Gram  Sel Lactobacillus casei.
Bagaimana Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Negatif ?
       Berdasarkan penyusun dinding selnya, bakteri terbagi menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah jenis bakteri yang dapat mempertahankan zat warna kristal violet, sehingga sel bakteri yang diamati akan tampak berwarna ungu pada mikroskop. Dinding sel bakteri Gram positif terdiri atas 30 peptidoglikan dan hanya meliputi ± 30-40 % bakteri kering dinding sel bakteri. Senyawa lain penyusun dinding sel Gram positif adalah polisakarida yang terikat secara kovalen, dan asam teikoat yang sangat spesifik. Bakteri Gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dibilas dengan alkohol, dan ketika diberi pewarna tandingannya yaitu zat warna safranin akan tampak berwarna merah. Hal ini sebabkan karena bakteri Gram negatif memiliki dinding sel yang terdiri atas satu sampai dua lapis rangka peptidoglikan, dan hanya meliputi ± 10 % dari berat kering dinding sel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suriawiria (1999) bahwa bakteri Gram positif adalah bakteri yang tetap berwarna ungun setelah dicuci dengan alkohol dan Karmana (2008)  bahwa bakteri Gram negatif akan kehilangan zat warna kristal violet dan tampak berwarna merah setelah penambahan safranin.

Apa yang dimaksud bakteri Lactobacillus casei ?
      Lactobacillus casei  merupakan salah satu jenis bakteri asam laktat homofermentatif (sebagian besar hasil akhirnya merupakan asam laktat) yang sedikit atau tidak menghasilkan CO2. Sesuai morfologinya, L. Casei berbentuk batang pendek dalam koloni tunggal maupun berantai. Bakteri ini bersifat gram positif, katalase negatif, tidak membentuk endospora maupun kapsul, tidak mempunyai flagela dan tumbuh dengan baik pada kondisi anaerob fakultatif.  Lactobacillus casei  adalah bakteri yang bisa memecah protein, karbohidrat, lemak dalam makanan, menolong penyerapan elemen penting dan nutrisi seperti asama amino, dan vitamin yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk bertahan hidup. Lactobacillus casei mampu menghambat pertumbuhan bakter-bakteri patogen peyebab infeksi saluran pencernaan seperti E. Coli dan Salmonella sp karena dapat menhasilkan H2O2 dan bakteorisin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pato (2003), bahwa Lactobacillus casei  sebagai bakteri asam laktat adalah kolompok bakteri Gram positif berbentuk bulat atau batang, tidak membentuk spora, yang memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama fermentasi karbohidrat.
Apa yang dimaksud dengan Metode Pewarnaan Gram ?
       Salah satu metode identifikasi mikroba adalah pewarnaan Gram dimana bakteri diamati dengan zat warna. Pewarnaan bertujuan untuk memudahkan melihat ukuran, bentuk, dan struktur sel bakteri.  Bakteri yang diwarnai dengan pewarnaan gram terbagi dua golongan, yaitu Gram positif, bila warna zat pewarna pertama (kristal violet) tetap bertahan, dengan demikian warna bakteri tampak ungu tua. dan bakteri disebut Gram negatif apabila warna zat warna pertama tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna tandingannya, yaitu safranin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelczar & Chan (2007) bahwa pewarnaan Gram bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola.
Bagaimana mekanisme kerja Kristal Violet ?
      Kristal violet berfungsi membentuk ikatan mg-Ribonucleid acid pada membran/dinding sel bakteri sehingga membentuk kompleks mg-Ribonucleid acid  kristal violet. Kristal violet bersifat basa mampu berikatan dengan mikroorganisme yang bersifat asam. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel bakteri Gram  ngatif menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap mempertahankan warna biru, sedangkan dinding sel bakteri gram positif terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori-pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga berwarna ungu. Hal ini sesuai dengan pernyataan sesuai dengan pernyataan Pelczer dan Chan (2007) bahwa bakteri Gram positif akan mempertahankan zat warna kristal violet, adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci alkohol dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya.
Bagaimana mekanisme kerja Iodin?
      Pewarnaan iodin berfunsfi sebagai penguat ikatan pada kompleks mg- Ribonuclead acid. Tujuan penambahan iodin adalah untuk memperkuat pengikatan pewarna primer oleh bakteri. Warna ungu pada bakteri Gram positif disebabkan karena bakteri tersebut mengikat kompleks zat warna kristal ungu dengan iodin, dan terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma bakteri Gram positif. zat warna akan lebih jelas terlihat setelah penambahan larutan iodin dan zat warna akan lebih sulit dilarutkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelczar dan Chan (2007) yang menyatakan bahwa iodine yang berfungsi sebagai penguat ikatan pada kompleks mg-Ribonuclead acid.
Bagaimana mekanisme kerja Alkohol ?
      Alkohol sebagai solven organik berfungsi untuk membilas atau melunturkan kelebihan zat warna pada  sel bakter. Pemberian alkohol pada pewarnaan ini mengakibatkan bakteri akan tetap berwarna ungu pada bakteri Gram positif karena mengandung peptidoglikan. Bakteri Gram positif akan mengalami dehidrasi pada dinding selnya dan pori-porinya menciut karena daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga kompleks kristal ungu dan iodin keluar dari sel dan tetap berwarna ungu. Alkohol yang diteteskan pada bakteri akan melakukan penetrasi ke dalam dinding sel dan melunturkan pewarnaan ungu dari kompleks kristal violet dengan iodin pada Gram negatif karena mengandung lipid. Lipid tereksitasi (keluar) dari dinding sel dan pori-porinya mengembang sehingga kompleks kristal violet dan iodin keluar dari sel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Karmana (2008) bahwa bakteri Gram positif akan mempertahankan warna ungu setelah dicuci dengan alkohol, sedangkan bakteri Gram negatif menjadi tidak berwarna setelah ditambahkan alkohol.
Bagaimana mekanisme kerja Safranin ?
      Safranin berfungsi sebagai zat warna tandingan yang dapat melunturkan kompleks mg-Ribonuclead acid- kristal violet dari diniding sel bakteri Gram negatif. Penambahan safranin pada bakteri Gram negatif menyebabkan sel bakteri berwarna merah. Fungsi safranin sebagai pembeda (kontras) terhadap warna kristal violet-iodium dalam pewarnaan Gram. Hal ini sesuai pernyataan Pelczar dan Chan (2007) bahwa safranin berfungsi sebagai zat warna tandingan (lawan) meluruhkan kompleks mg-Ribonuclead acid- kristal violet dari diniding sel bakteri gram negatif.
Apa fungsi dari Aquades ?
Fungsi aquades dalam metode pewarnaan Gram untuk melunturkan warna utama yaitu kristal violet sehingga dapat memperjelas pengamatan. Aquades ditambahkan ketika proses pewarnaan atau setelah penambahan zat warna untuk melunturkan sisa-sisa larutan pewarnaan gram agar tidak ada zat warna yang mempengaruhi identifikasi mikroba. Penambahan aquades dilakukan dengan cara membilas bakteri pada kaca preparat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyuningsih (2008) bahwa pencucian dengan aquades dimaksudkan untuk meluruhkan zat warna pada bakteri.
Apa fungsi dai Fiksasi ?
Fiksasi dilakukan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada kaca preparat tanpa merusak struktur sel bakteri. Fikasi dilakukan dengan melewatkan secara cepat kaca preparat di api. Fiksasi panas atau dikeringkan dengan bunsen agar bakteri dapat menempel pada kaca sehingga pada saat pencucian bakteri tidak akan terhapus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lay (1994) bahwa fiksasi adalah metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak realistik dengan menggunakan grutaldehid dengan proses pembakaran dengan tujuan untuk mematikan mikroba dan melekatkan sel mikroba pada objek gelas tanpa merusak struktur selnya.


DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Karmana, Oman. 2008. Bioloigi. Jakarta : PT Grafindo Media Pratama.
Lay,B.W. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium  Edisi I . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Pato, Usman. 2003. Potensi Bakteri Asam Laktat Yang Diisolasi Dari Dadih Untuk Menurunkan Resiko Penyakit Kanker. Jurnal Natur Indonesia vol 5 (2): 162-166. ISSN 1419-9379.
Pelczar, M.J., Chan, E.C.S. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Razali, U. 1987. Mikrobiologi dasar.  Jatinagor : UNPAD.
Sumarsih, Sri. 2003. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta : UPN “ VETERAN”.
Suriawiria, U. 1999.  Mikrobiologi. Jakarta: CV Rajawal
Wahyuningsih.2008. Pengecatan Gram.  Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman.


Selasa, 16 Mei 2017

Sterilisasi dan Media Pertumbuhan Mikroba

STERILISASI DAN MEDIA PERTUMBUHAN MIKROBA

Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa mikron atau lebih kecil lagi seperti bakteri, kapang dan khamir. Mikroorganisme dapat diketahui dengan cara diidentifikasi. Identifikasi mikroorganisme terlebih dahulu dilakukan dengan menumbuhkan bakteri pada alat dan media tertentu dalam keadaan steril. Peralatan dan media yang digunakan di laboratorium merupakan unsur penting yang harus ada dan  haruslah steril agar dapat menunjang pekerjaan yang berhubungan dengan mikroorganisme dan hal tersebut merupakan salah satu syarat mutlak.
   A.    Prinsip dan Tujuan Sterilisasi
      Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu benda. Sterilisasi dilakukan untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan mikroba agar tidak terjadi kontaminasi.
1.    Metode Sterilisasi
      Terdapat 3 jenis sterilisasi yang dapat dilakukan, yaitu sterilisasi secara mekanik, sterilisasi secara fisik, dan sterilisasi secara kimiawi.
      Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
a.       Pemanasan
ü Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : ose jarum, hockey stick dan lain-lain.
ü Panas kering: sterilisasi dengan oven. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain.
ü Uap air panas bertekanan: menggunakan autoclave pada suhu 121°C dengan tekanan 1 atm selama 15 menit. Autoclave digunakan sebagai alat untuk mensterilkan yang berfungsi untuk sterilisasi basah pada suhu 121°C tekanan 1 atm (15 lbs/inci²) selama 15 menit pada alat dan media dalam pertumbuhan mikroba yang dilengkapi dengan termometer dan klep pengaman. Media yang akan disterilkan ditempatkan dalam autoclave selama 15-20 menit tergantung dari banyaknya media yang disterilisasi. Media yang disterilkan ditempatkan kedalam erlenmeyer dan perhitungan dimulai apabila suhunya telah mencapai 121°C. Hal ini sesuai dengan pernyatan Dwidjoseputro (1994) medium atau alat yang akan disterilkan dimasukkan kedalam autolave hingga suhu 121°C ada tekanan sebesar 15 lbs (pounds) per inch persegi yang berarti 1 atmosfir per 1 cm­2 yang dilengkapi dengan termometer dan pipa uap
b.      Penyinaran dengan UV
ü Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
      Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
      Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Alkohol merupakan salah satu disinfektan yang paling umum digunakan untuk mensterilkan. Alkohol sebagai disinfektan dengan cara melarutkan lipid pada membran sel mikroorganisme dan juga mendenaturasi protein pada mikroba. Penggunaan alkohol yaitu digunakan pada sterilisasi secara kimiawi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratiwi (2008), bahwa mekanisme aksi alkohol sebagai disinfektan dengan cara melarutkan lipid pada membran sel mikroorganisme dan juga mendenaturasi protein pada mikroba.
       Alkohol 70-90 % digunakan dalam sterilisasi karena berupa antiseptik yang termurah namun sangat efisien dan efektif. Alkohol merupakan senyawa organik yang bila dicampurkan dengan formaldehid sangat baik digunakan untuk membunuh spora. Hal ini sesuai dengan pernyataan Somani (2011) bahwa larutan formaldehid dalam air atau alkohol digunakan untuk mendesinfektankan tangan dengan konsentrasi maksimum 0,5 mg/l.

2.        Prosedur Kerja Sterilisasi Alat
    Pada tahap pertama sterilisasi dilakuakan secara kimiawi yaitu desterilkan menggunakan alkohol kemudian dikeringkan dengan tissue. Selanjutnya tabung reaksi dan erlenmeyer disumbat dengan kapas. Tabung reaksi, erlenmeyer, pipet volum, gelas kimia, dan cawan petri dibungkus dengan kertas, selanjutnya alat-alat dimasukkan kedalam autoclave untuk di sterilisasi fisik pada tekanan 1 atm (121°C ) selama ± 15 menit. Setelah selesai, alat-alat tersebut dikeluarkan dari autoclave.
B.     Media
      Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Media merupakan suatu substrat dimana mikroba dapat tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Substrat tersebut merupakan makanan bagi mikroba yang mengandung penyubur, vitamin, mineral, pH tertentu, dan zat hara. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, hidrogen serta unsur-unsur lainnya. Media dibedakan menjadi 2 menurut komposisinya, yaitu medium sintetik dan medium semi sintetik. Medium sintetik dibuat dari bahan kimia yang kemurnian tinggi dan ditentukan komposisinya dengan tepat, sedangkan medium semi sintetik tidak diketahui takarannya dengan pasti (Hadioetomo 2010).
1.      Media Sintetik
a.      Media PCA ( Plate Count Agar)
Hasil gambar untuk media plate count agar
      Media PCA merupakan media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan semua jenis mikroorganisme seperti fungi, bakteri, alga, kapang, virus, dan protozoa. Contohnya yaitu,  Escherichia coli (E. coli), Salmonella sp, Staphylococcus aureus (S. aureus). Adapun Komposisi media PCA yaitu, trypton 0,5%, ekstrak ragi 0,25 %, glukosa 0,1 %, agar-agar 1,5 %. Hal ini sesuai pernyatan Partic (2008), bahwa media Plate Count Agar (PCA) dapat berfungsi sebagai medium untuk menumbuhkan mikroba yang umum digunakan.
b.      Media PDA (  Potato Dextrose Agar)
       Hasil gambar untuk media potato dextrose agar
Media  Potato Dextrosa Agar (PDA) merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan kapang. Bisa juga untuk khamir namun untuk pertumbuhannya tidak optimalContoh mikroba  Aspergillus sp, Mucor sp. Komposisi media PDA yaitu, kentang 200 gram, dektrosa 10 gram, agar-agar 15 gram, dan aquades 1.000 ml. Media PDA yang mengandung bubuk kentang juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur dan kapang. Dextrose atau gugusan gula baik itu monosakarida maupun polisakarida nerupakan penambah nutrisi bagi biakan pada media PDA. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aini (2015), bahwa PDA adalah media yang umum digunakan untuk pertumbuhan jamur dilaboratorium seperti Mucor sp yang mengandung bubuk kentang dan dextrose.
c.       Media NA (Nutrient Agar)
       Hasil gambar untuk media nutrient agar
Media NA merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Media NA mengandung senyawa yang larut dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen organik dan juga garam yang dibutuhkan oleh bakteri. Adapun bakteri yang dapat ditumbuhkan adalah Escherichia coli (E. coli), Komposisi media Na terdiri dari Beef extract 3 gram, peptone 5 gram, agar 15 gram, aquades 1000 ml. Hal ini sesuai pernyataan Ruly (2009), bahwa Media NA (Nutrient Agar) digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Komposisi NA yaitu, beef extract, agar, dan aquadest.
d.      Pembuatan Media Sintetik
      Pertama-tama, masing-masing media yaitu Potato Dextrose Agar (PDA), Media Plate Count Agar (PCA),dan Nutrient Agar (NA) ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan takarannya masing-masing yaitu sebanyak 10 g PDA; 5,25 g PCA; 5 g NA,  setelah itu dimasukkan kedalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan aquades sebanyak 250 ml. Dihomogenisasi dengan microwave dan hotplate stirrer hingga warnanya menjadi bening. Setelah mendidih, diangkat kemudian ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan aluminium foil, lalu disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada tekanan 1 atm (121°C ). Setelah disterilisasi, media disimpan di dalam refrigerator
2.       Media Semi Sintetik
a.      Media Tauge Agar
      Media Tauge Agar merupakan media semi sintetik yang berfungsi untuk menumbuhkan mikroorganisme khamir dan kapang yang tersusun atas bahan alami (tauge) dan bahan sintetik (sukrosa dan agar). Tauge dapat menumbuhkan kapang dan khamir karena mengandung  vitamin, nitrogen organik, dan senyawa karbon. Komposisi tauge agar, yaitu Tauge 100 gram, sukrosa 60 gram, agar 15 gram, akuades sebanyak 1 L. Contoh mikroba yaitu, Rhodotorula sp., Candida famata, C. lipolytica. Hal ini sesuai dengan pernyatan Prihantini (2007), bahwa media tauge agar digunakan sebagai media kultur mikroalga yang dibuat dari bahan alami yang mengandung vitamin, nitrogen organik, dan senyawa karbon.
b.      Media Kentang Agar
      Media semi sintetik yang dibuat yaitu kentang agar. Media semi sintetik kentang digunakan untuk menumbuhkan jamur. Contoh mikroba yang dapat tumbuh adalah P.camberti. Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan energi. Bagian kentang yang digunakan adalah sari patinya karena selain mengandung mineral juga mengandung pati (amilum) yang merupakan bentuk dari polisakarida sebagai tambahan makanan biakan. Organisme menyerap karbohidrat dari kentang dan gula serta agar yang telah bercampur. Hal ini berdasarkan pernyataan Radji (2011), bahwa karbohidrat sangat dibutuhkan oleh bakteri karena karbohidrat merupakan substrat utama untuk metabolisme bakteri.
c.       Pembuatan Media Semi Sintetik
      Kentang dan tauge dicuci, lalu kentang diiris kecil-kecil dan tauge dicacah. Ditimbang kentang dan tauge masing-masing sebanyak 150 gram lalu ditambahkan aquades sebanyak 500 ml. Blending hingga hancur. Saring filtrat kentang, kemudian ditambahkan 5,9 gram agar dan 30 gram sukrosa lalu dihomogenisasi. Setelah itu, dipanaskan dengan microwave sambil diaduk rata hingga terlihat jernih. Setelah mendidih diangkat kemudian ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan aluminium foil. Disterilkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121°C, selanjutnya didinginkan dan dimasukkan ke dalam refrigerator.

DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nurul. 2015. Media Alternatif Untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan Sumber Karbohidrat Yang Berbeda. Surakarta :Universitas Muhammadiyah Surakarta
Cahyani, V. Ratri. 2014. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pertanian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Vita-r-cahyani.staff.ins.ac.id>2015.
Deivanayaki, M and Iruthayaraj,P,A. 2012. “Alternative vegetable nutrien source for microbial growth”, International Journall of Biosciences (IJB)
Dwidjoseputro. 1994. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Hadietomo, RS. 1993. Mikrobiologi dasar dalam praktek: teknik dan prosedur dasar Laboratorium. Jakarta: Gramedia.
Partic, Li. 2008. Media Pertumbuhan Mikroorganisme.http://dunia-mikro. com/id. 20 Maret 2017.
Prihantini, B, N, dkk. 2007. Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Agar (MET) terhadap Pertumbuhan Scenedesmus Isolat Subang.Depok : Universitas Indonsia.
Radji, M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Schlegel, H.G. 1993. General Microbiology. Cambridge University Press, Australia.
Somani, S., De Luca //g., Onorato, M Ambro
Suriawira. 2005.Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung : Angkasa.